13 Agu 2011

Penularan Emosi



Seorang ibu baru saja pulang dari tempat kerjanya dalam keadaan lelah. Urusan dan pekerjaan kantor yang menumpuk masih menggelayuti pikirannya. Perjalanan dari tempat kerja yang cukup jauh dan macet membuat tubuhnya kian terasa lelah.
Dengan lunglai ia membuka pintu rumahnya. Terpampanglah ruang tamunya yang berantakan . Baru selangkah kakinya masuk ke ruangan , kedua anaknya berhamburan menyambut dan seakan berlomba berbicara minta ini dan itu.

Si ibu makin merasa pening, ahirnya masuk kamar dan mengunci diri di kamar . Ia benar-benar lelah , dan iapun merebahkan tubuhnya. Didengarnya anaknya yang paling kecil teriak-teriak sambil memukul-mukul pintu kamar. Pembantunya membujuk dan menghiburnya. Si ibu sebenarnya merasa iba mendengar tangis anaknya, dalam hatinya berkata , “ Maafkan ibu, Nak ! Ibu perlu istirahat sebentar agar bisa bernain lagi dengan kalian.”
Mungkin banyak ibu pekerja yang mengalami pengalaman serupa. Karena lelah si ihu kurang peduli dengan anaknya yang seharian di tinggalnya. Ia berharap anak-anaknya dapat mengerti kondisinya.
Namun, ibu tersebut lupa bahwa sikapnya itu akan meninggalkan jejak di otaknya hingga dewasa nanti. Jika ibu dalam keadaan capek, bermuka masam, sibuk dengan diri sendiri, dan tak peduli pada sekitar , maka tanpa disadari otak anak tersebut akan mencatatnya, “ Oh, kalau sedang capek tidak boleh peduli pada orang lain,  “ Apalagi jika ibu sampai terpancing sehingga ia berkata , “ Sudah ! Bisa diam tidak, ibu lagi capek !”
Jika hal itu sering dilakukan ibu , suatu saat ketika anak sudah dewasa, kemudian sedang capek, dan banyak pekerjaan, lalu ibu bertanya maka sang anak bisa berkata , “ Ibu bisa diam tidak, saya lagi capek !’ Mungkin si ibu sakit hati pada anaknya, padahal dulu ibulah yang menanamkan sikap tersebut pada anaknya.
Akan tetapi , jika ibu dsalam keadaan capek , tapi masih ada sisa tenaga untuk berjalan dan berbicara dengan kalian . Capek bisa hilang kalau kita istirahat ,makan dan minum.” Ataupun perkataan lain yang bisa membuat anak-anak memahaminya, maka anakpun akan meniru sikap seperti itu.
Saat lelah penting bagin ibu untuk mengelola diri agar jangan sampai terpancing emosi. Sebab emosi bisa menular. Daniel Goleman dalam bukunya Sosial Intelligence menyatakan bahwa di dalam otak terdapat banyak syaraf cermin ( mirror neuron ) yang dapat memantulkan aktifitas sel otak orang lain. Sehingga tanpa disadari manusia akan saling menyalin ekspresi wajah, pola nafas, dan gerakan tubuh orang lain.
Jika ibu dalam keadaan lelah dan marah berhadapan dengan anak, maka perasaan tersebutaakan menjalar pada anak, sehingga ia bisa balik mengekspresikan kemarahannya pada sanag ibu. Akibatnya ibu tentu akan merasa tidak senang atau tidak nyaman.
Karena itu jika ibu dalam keadaan lelah masih bisa tersenyum dan bersikap ramah , maka anakpun akan tetap merasa nyaman . Pancaran kebahagiaan di wajah ibu juga akan menular pada sang anak . Sehingga anak akan memiliki konsep di pikirannya bahwa ibu adalah sosok yang menyenangkan dalam situasi apapun. Hubungan ibu dan anak pun akan terjalin indah.

( sumber : Ida S. Widayati, Suara Hidayatullah )

0 komentar:

Posting Komentar

 
;