5 Mei 2011

Menyelesaikan Konflik Pada Anak-anak

Banyak orang tua merasa stress melihat anak-anaknya yang bertengkar. Seorang ibu bahkan merasa gagal menjadi seorang orang tua  merasa gagal ketika  melihat anak-anaknya berkelahi. Terlintas dibenaknya untuk memisahkan anak-anaknya itu agar pertengkaran diantara mereka tidak terjadi. Bagaimana tidak stress, tidak ada makanan, anak-anak bertengkar, sudah ada makanan anak-anak berebut, tidak ada mainan mereka berantem, dibelikan mainan justru menjadi sebab pertengkaran.
Bagaimanakah sebaiknya mengatasai pertengkaran ? Banyak orang tua yang tidak tahan tatkala anak-anaknya berselisih. Namun dengarlah penuturan seorang ahli , “ Every conflict offers an opportunity to teach” Demikian disampaikan oleh Becky A Bayley Ph.D dalam bukunya “ Easy to Love, Difficult to Discipline”. Sehingga ketika konflik terjadi kita bisa berkata pada diri sendiri .” Inilah kesempatan kita memdidik dan membuat mereka belajar”.
Bayley mengatakan bahwa pada saat konflik terjadi, kita sebagai orang tua bisa memilih : menganggapnya sebagai peluang untuk mendidik anak atau kesempatan untuk menyalahkan dan menguhukum mereka. Jika orang tua men”cap” anaknya sebagai “anak nakal” hal itu akan menghancurkan kepercayaan diri mereka.
Bila kita dapat memanfaatkan momen bertengkar anak-anak sebagai peluang untuk mendidik mereka maka kita dapat meningkatkan kemampuan anak dalam banyak hal, diantaranya : memahami hak dan kewajiban, membedakan salah dan benar, memupuk rasa empati, menghargai orang lain, dan membangun kemampuan dalam memecahkan persoalan.Pada mulanya anak-anak tidak mengerti arti bertengkar, justru orangtualah yang memberi label bertengkar. Misalnya ketika anak berebut mainan, seringkali oreng tua berkata “ Sudahlan jangan bertengkar..!!
Dalam situasi seperti itu orang tua bisa dengan tenang mengatakan, “ Ada dua orang menginginkan mainan yang sama, bagaimana caranya ya ?'” Dengan pernyataan seperti itu anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya.
Pada dasarnya anak tidak menyukai terjadinya konflik. Namun ketidakmampuannya untuk mengelola emosi menyebabkan pertengkaran tak bisa dihindari. Banyak orang tua ingin masalah anak-anaknya cepat selesai dengan menyuruh salah seorang anaknya untuk mengalah atau meminta maaf . Hal tersebut sebenarnya kurang mendidik , karena mereka tidak diajak untuk mengurai permasalahan. permintaan maaf sebaiknya dilakukan oleh orang yang melakukan kesalahan dan dilakaukan atas kesadaran deri dalam diri anak. Oleh karena itu sangat penting kesabaran orang tua untuk berada pada situasi konflik, dan memberikan pengertian agar mereka mmenyelesaikan masalahnya hingga tuntas.
Hidup di dunia tidak akan terhindar dari masalah dan perselisihan. Ketrampilan menyelesaikan konflik akan menjadi bekal hidup yang berharga bagi masa depan anak-anak.
( sumber: Suara Hidayatullah, oktober 2009 )
Tag Technorati: {grup-tag},,

0 komentar:

Posting Komentar

 
;