23 Apr 2011

Menembus Keterbatasan

Seorang gadis kecil tak bisa melihat maupun mendengar . Baginya dunia begitu sunyi dan tanpa warna. Kedua indra yang sangat penting bagi kehidupan itu lenyap di usia balitanya oleh sebuah penyakit. Walaupun mulutnya mampu mengeluarkan suara tapi ia tak  mampu bicara . Isyarat yang ia gunakan seringkali tak memadai, sehingga orang sekitar sulit memahami keinginannya. Kegagalan mengkomunikasikan keinginannya sering kali ledakan kemarahan dan amukan.
Orang tuanya sangat sedih karena mereka tak dapat berbuat apa-apa karena rumah merekapun jauh dari sekolah tunna rungu dan tunanetra. Ahirnya seorang guru tiba membimbing dan menuntunnya. Awalnya tak mudah Suatu kali ia merasa kesulitan untuk mempelajari kata “water” . Ia lalu membanting bonekanya . Tak ada rasa menyesal, ia bahkan puas karena telah melampiaskan rasa tidak nyamannya.
Apa yang dilakukan sang guru ? Ia megajaknya jalan-jalan keluar menikmati cahaya matahari. Mereka menyusuru jalan setapak menuju sumur sebuah rumah. Gurunya meletakkan tangan di bawah saluran air. Saat ia merasakan sejuknya semburan air ia mengeja kata “water”..barulah ia mengetahui bahwa sesuatu yang sejuk dan mengalir ditangannya adalah “water:. Ia baru menyadari baha segala sesuatu mempunyai nama dan akan melahirkan gagasan. Ian merasa dunianya mulai bercahaya meski harus melalui perjuangan dan kerja keras untuk terus belajar dan terus belajar.
Dialah “ Hellen Keller”penyandang tunanetra dan tunarungu pertama yang meraih gelar sarjana. Selain bahasa Inggris, ia menguasai bahasa Jerman, Perancis dan Latin . Kata-kata mutiaranya tersebar dan hingga saat ini masih sering di kutip banyak orang. Ia juga pejuang yang menentang penjajahan dan peperangan hingga usia senja
Sang guru yang mengajar adalah “Anne Sulllivan “Menurut Heelen, “ Awalnya aku hanyalah butiran-butiran kemungkinan . gurukulah yang membuka dan mengembangkan kemungkinan itu. Saat ia datang segala yang kumiliki menghembuskan cinta dan kebahagiaan sehingga menjadi penuh makna. sejak saat itu ia tak pernah melewatkan peluang untuk menunjukkan keindahan dan segala hal ataupun berhenti berusaha. ..dalam pikiran , tindakan dan teladan untuk membuat hidupku idah dan berguna.”
Menurut Hellen setiap guru bisa membawa seorang anak ke ruang kelas, tetapi tidak semua guru bisa membuat muridnya belajar.
Kisah di atas memberikan gambaran , betapa pentingnya peran seorang “guru” bagi perkembangan jiwa maupun kemampuan akademis anaknya. Saat akan memasukkan anknya ke sekolah, seringkali orang tua hanya melihat hal-hal yang nampak di luar, seperti gedung dan sarana lainnya. Seorang ahli pendidikan mengatakan  “ Meski di gedung yang mewah, tanpa guru berkualitas, proses pendidikan berkualitas tidak akan berjalan, Namun dengan guru berkualitas, di bawah sebatang pohonpun proses pendidikan berkualitas akan berlangsung.(Suara Hidayatullah, Juli 2010 )

0 komentar:

Posting Komentar

 
;