4 Apr 2011

BELAJAR MENAKAR TINDAKAN

Ada saatnya diam merupakan kebaikan. kita berdiam diri karena memberi kesempatan untuk berfikir dan menyadari kekeliruannya.Kita diam bukan kaena tidak bertindak, tetapi justru diam itulah tindakan yang kita ambil agar anak dapat mengembangkan diriya.Tetapi ada kalanya diam justru tercela.Kita menahan diri dari bicara, padahal saat itu kita seharusnya angkat bicara  agar anak tidak terjatuh pada keburukan yang lebih besar.Diam pada saat seharusnya kita bicara merupakan tanda kelemahan, sebaliknya terlalu banyak meributkan anak merupakan pertanda ketidakmampuan kita menahan diri.

Ada saat kita harus tegas dan ada saat kita harus memberi kelonggaran pada anak.Ada hal-hal yang menghauruskan kita menunjukkan kemarahan pada anak, meskipun kita tidak sedang emosi, tetapi ada saatnya pula kita harus menahan diri meskipun emosi kita sedang meledak-ledak.Ini semua terkait dengan apa yang dilakukan anak sekaligus menimbang maslahat dan madharat dari setiap tindakan kita.Adapun terhadap tindakan yang muncul dari lemahnya kendali emosi, secara jujur kita perlu menyadari kekeliruan kita, mengakuinya sebgai kesalahan meski belum mampu mengungkapka secara terbuka terhadap anak, dan bersedia meminta maaf kepada anak atas salah dan keliru kita.
Harus Punya Kendali
Kembali pada soal kelonggaran. Anak yang dibesarkan dengan toleransi , memang akan belajar mengendalikan diri. Sebaliknya anak yang dibesarkan dengan kekerasan juga belajar menggunakan kekuatannya untuk mmaksakan keinginannya.Tetapi ada hal yang harus kita ingat, bahwa diluar apa yang kita lakukan, anak sedang berkembang.mereaka secara terus menerus belajar, termasuk belajar memegang kendali  sehingga orang tuapun bahkan bisa tak berdaya. Orang tua melakukan apapun yang diinginkan anak , meskipun tampaknya ia melakukan itu agar anaknya melakukan  apa yang diinginkan orang tua, misalnya ketika orangtua membelikan mainan, agar anak mau mandi.Kecenderungan anak memaksa orang tua menuruti kemauan orang tua sabagai imbalan atas kesediannya melakukan perintah orangtua , terutama mudah terjadi ketika orangtua memberlakukan cara pengasuhan yang tidak konsisten.Apalagi jika cara mengasuh antara kedua orangtua tidak selaras. Lebih parah lagi jika salah satu pihak cenderung lebih dominan dan mudah menyalahkan di depan anak. Artinya ada salah satu pihak yang sering disalahkan didepan anak sehingga otoritasnya sebagai orang tua melemah, dengan demikian perintahnya menjadi kurang efektif.Jika hal ini terjadi anak berusaha meningkatkan pengaruh dan daya paksanya sehingga orang tua benar-benar di bawah kendalinya. Tak ada jalan lain orang tua harus menghentikan situasi yang tidak sehat ini. Namun orang tua juga harus menyadari bahwa kebiasaan memaksakan keinginan tak timbul dengan tiba-tiba, namun karena anak belajar sedikit demi sedikit. Anak memiliki pengalaman panjang sehingga bisa memaksakan kehendak pada orangtuanya..
Sebaliknya anak yang tidak memiliki kendali atas diri dan lingkungannya karena terbiasa dipaksa oleh orang tua, akan berangsur menjadi pribadi yang tidak mandiri. Ia sulit mengambil keputusan, sekalipun hanya untuk mengambil pilihan dan perkara sederhana. Ia takut menghadapi resiko yang sangat kecil sekalipun. Ketakutan menghadapi resiko tersebut bukan hanya terjadi pada maasa kanak-kanak, namun bisa berlanjut sapai mereka dewasa. Serupa dengan takut menghadapi resiko adalah peragu. Ia sulit mengambil keputusan , bukan karena takut resiko, tetapi sulit memilih. Ini mudah terjadi pada anak yang dibesarkan dengan pemanjaan.Mereka serba dituruti, sehingga tidak memperoleh kesempatan belajar untuk menahan diri.Mereka juga sulit belajar berempati, merekapaun tidak ada kesempatan untuk belajar  menimbang, mengambil keputusan dan menentukan prioritas.. Boleh jadi sulit baginya untuk membedakan mana yang penting dan tidak,  karena ia miskin pengalaman untuk memilah antara keinginan dan kebutuhan.
Apa yang menyebabkan anak anak mengalami kesulitan dimasa dewasanya ? Bukan sulitnya kehidupan, bukan pula kecilnya pendapatan. Bisa jadi kekeliruan orang tua dalam mengasuh mereka. Bisa karena  berlebihan dalam membantu anak menghadapi masalah, bisa juga karena membiasakan anak hidup mudah sehingga anak kehilangan tantangan. Mereka sibuk mengurusi apa yang seharusnya diatasi sendiri oleh anak., sehingga anak kehilangan inisiatif produktif. Ini semua tidak ada hubungannnya dengan dengan kekayaan dan fasilitas hidup, Ini terkait dengan sikap kita sebagai orang tua , termasuk kemampuan menakar setiap tindakan. ( sumber  Suara Hidayatullah Edisi 09/XXIII/Jan 2011 )

0 komentar:

Posting Komentar

 
;